English, Please?

Minggu-minggu ini, gue kembali ke bangku kuliah, tapi, kelas yang satu ini agak berbeda. Kelasnya dilaksanakan di Lab Manajemen Bisnis dan gue sekelas dengan para dosen.

Loh, kok bisa?
Rencana Allah, that's it. Mungkin beberapa orang menganggap bisa bergabung ke dalam kelas seperti ini isn't too special, buat gue yang keranjingan pengen les Bahasa Inggris, it is a great gift.

Allah can set everything. Awalnya gue bukan tipikal mahasiswa yang dekat dengan dosen dan bisa mendapat tawaran se-special ini dengan mudah. Ceritanya dimulai pada pertengahan November tahun lalu, sekitar tanggal 18 adalah deadline buat gue untuk mengajukan apply beasiswa program di luar negeri yang sejak setahun sebelumnya udah gue incer-incer. Salah satu dokumen yang harus gue lampirkan adalah surat referensi dari dosen program studi gue, Manajemen Bisnis. Jadi, gue menampakkanlah wajah penuh nafsu akan beasiswa ini, dan seolah seperti basa-basi, terjadilah percakapan dengan kaprodi gue:

K: "Vick, kamu minat sama Bahasa Inggris? Nanti ikutan kursus atuh ya?"
V: "Hee, kursus apaan pak?"
K: "Ya kursus bahasa Inggris, buat dosen sih harusnya, tapi masih ada kuota"
V: "Wah, geratis pak?"
K: "Iya... Pengajarnya native loh"
V: "Kyaaa..mau mau mauuu"

Jadi, meskipun (akhirnya) si Beasiswa yang gue ajukan mati-matian itu nggak tembus, tapi setidaknya gue dapet "Hadiah Hiburan" dari Allah. Like a quote says;

Allah has 3 answers for His prayers: "YES", "Not now", and "I have a better plan for you". He never say "NO"

Akhirnya, dimulailah kelas bahasa Inggris itu hari senin kemarin. Pengajarnya bule Amerika yang namanya Jim. You should know how much I excited to this class! Entah sejak kapan, gue jatuh cinta sama Bahasa Inggris. Jaman kelas empat SD, entah kenapa yangeasy listening buat kuping gue kebanyakan lagu-lagu bule. Gue sudah cukup sering terintimidasi dan dikatain "olo-olo" atau bahkan "belagu" gara-gara kalo diajak ngomongin lagu pribumi, gue cengo tapi kalo ngomongin lagu bule, gue semangat.

Ketertarikan gue akan Bahasa Inggris sebenernya kurang tertunjang, loh. Gue hanya mendapat pengajaran bahasa asing ini pure di bangku sekolah, di kelas formal. Gue suka sirik dengan temen-temen gue yang bisa les di tempat kursus ternama yang terkadang menghadirkan pengajar-pengajar bule.

Sampai akhirnya sampai di tingkat dua kuliah, gue masih saja belajar English secara otodidak, dari film dan musik. Ketika gue mulai bisa mencari duit sendiri, nggak mikir-mikir lagi, langsung gue investasikan ke otak gue, gue mendaftar kursus Bahasa Inggris di tempat yang gue pengenin sejak SMA. Sayang, rejeki mahasiswa tingkat dua kayak gue memang belom bisa dibilang mantep. Ketika satu-satunya sumber pendapatan gue diberhentikan, gue nggak bisa lagi ngelanjutin kursusnya.

Jadi, inilah kenapa gue ngerasa kesempatan kursus ini sangat berarti buat gue. Saat gue mendengar native speaker berbicara dan gue mengerti, rasanya seperti terbang di awang-awang...

Meet Jim, my native teacher. :3

Guys, the point is; belajar Bahasa Inggris itu penting, loh.. Kalau kalian sudah mulai punya penghasilan, atau mendapat kesempatan untuk belajar bahasa Inggris, take it! Di jaman sekarang ini, di mana batas antar negara seolah borderless, kita bakal dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan penghuni negara lain. And English is our bridge. Untuk kalian yang belum menemukan kesempatan belajar Bahasa inggris, coba otodidak aja lewat film dan lagu. English is fun, guys. So, English, please?