Kalo denger kata cultural shock mungkin udah nggak aneh, ya... Itu adalah suatu keadaan dimana seseorang yang terbiasa dengan kebudayaan dalam suatu negara, mengalami shock ketika harus beradaptasi dengan budaya baru, di daerah lain.
Nah, kalo environment shock? Ini gue iseng-iseng aja nyebutin frase ini, untuk menggambarkan kondisi gue sekarang.
Yup, setelah dinyatakan lulus pada bulan juni lalu, gue akhirnya mendapatkan sebuah pekerjaan tetap. Karena sebelumnya gue adalah pengajar paruh waktu yang kerjaannya kesana-kemari, hujan-hujanan dan panas-panasan dari satu tempat ngajar ke tempat ngajar yang lain, mendapat pekerjaan tetap adalah suatu hal yang menyenangkan buat gue.Singkat cerita, diterimalah gue dalam suatu perusahaan di Bandung. Masih Bandung, loh? Masih satu kota dengan tempat gue lahir, tempat gue tinggal. Itulah kenapa nggak gue sebut culture shock, karena ya jelas jelas budayanya mah masih sama, atuh?
Jadi, apa yang membuat gue begitu shock dalam beradaptasi disini?
Awalnya, gue nggak terlalu aware faktor apa yang membuat gue sedikit lebih cepet bete di tempat kerja yang baru. Dan ternyata, setelah ngobrol dengan beberapa teman lama, sepertinya gue merindukan saat-saat dimana gue bisa curhat dengan teman sebaya, ngobrol hal-hal nggak penting seperti ngobrolin Justin Biber, ngecengin cowok bareng sambil ngepo-ngepoin facebook-nya, daan semua hal konyol yang biasa gue lakukan di bangu kuliah dulu.
"Lah, emangnya di kantor lo nggak bisa bersikap konyol, vi? Cuek aja, lagi"
Ummm, sepertinya tidak semudah itu. Sulit menemukan teman sebaya di kantor gue. Nggak ada, malah. Bahkan anak perawannyapun hanya gue seorang. Sisanya, newlywed, early pregnance mom, dan parents semua. Kan nggak mungkin juga gue melontarkan lelucon lelucon konyol semasa kuliah pada rekan kerja gue sekarang. Nggak lucu aja, kan kalo tiba-tiba nyeletuk nanya; "Bu, pernah ngupil pake sumpit nggak?" pada seorang wanita karir yang sudah beranak pinak?
And I have to deal with it!
Yap, beberapa orang bilang kalo ini ada sisi positifnya, yaitu bikin gue jadi lebih dewasa dan tahu pembicaraan-pembicaraan yang menyangkut rumah tangga. Tapi, terkadang gue nggak bisa se-enjoy itu... Gue udah terlalu terbiasa punya sahabat sebaya ketika kuliah, kemana-mana bareng dan sedikit-sedikit curhat. Akhirnya, gue memutuskan untuk selalu keep in touch dengan temen-temen sebaya gue di kampus. Kalau kalian ada yang merasakan hal yang sama dengan gue, ini tipsnya: Jadwalkan seminggu sekali ketemu temen sepermainan lo semasa kuliah atau sekolah. Pilih tempat yang lumayan sering dikunjungi semasa kuliah atau sekolah. And there you are, free to act like youre young again. Gue sudah melakukan cara ini, lucky me I have a bunch of good friends. Tapi kayaknya satu minggu sekali masih kurang... Gue jarang banget bisa ketemu The Sailor Gangs; Zakia, Nia, Meisya and Sri... My skripsi mates; Sandra, Luthfi, Indah, and all my classmate. I miss you, guys ;(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar