Minggu, Oktober 04, 2009

Ada Apa Dengan Philip Kotler?

Philip Kotler, the Father of Marketing
Kekaguman saya kepadanya muncul ketika saya secara tidak sengaja mengontrak mata kuliah MANAJEMEN PEMASARAN. Sebelumnya, tentu saya tidak begitu mengenal Mr. Philip ini. Pertama kali saya mendengar namanya, adalah saat kuliah perdana Manajemen Pemasaran.

Agak aneh memang, karena beberapa dosen biasanya menawarkan buku pegangan (litelatur) yang banyak. Beberapa dosen biasanya menuliskan pustaka-pustaka yang dipakai dalam mata kuliah tersebut dan minimal, tiap dosen akan memberikan tiga atau empat litelatur yang bisa dipilih mahasiswa untuk dijadikan buku pegangannya.

Namun, dalam mata kuliah manajemen pemasaran ini, Sang Dosen hanya menuliskan satu nama di papan tulis; Philip Kotler. Awalnya saya tidak berprasangka apa-apa, hanya menulis namanya di buku catatan dan wishinglist saya.

Saya termasuk mahasiswa hemat dan cermat, maka saya lebih memilih mencari buku bekas (second, hehe.) terlebih dahulu. Namun, tentunya buku bekas yang masih bisa terpakai dan masih dapat memberi bobot ilmu yang sama dengan buku baru. Karena hal itulah, saya memiliki kenalan yang memang hobi mengumpulkan dan menyalurkan kembali buku-buku bekas yang masih terpakai.

Saat memberi tau wishinglist saya, sebenarnya saya tidak menuliskan “Buku pemasaran oleh Philip Kotler”, tapi hanya menuliskan “Buku manajemen pemasaran”. Entah beruntung entah kebetulan, saya mendapat buku yang memang karangan Mr.Philip. :D
Awalnya, saya cukup pesimis dengan tebal bukunya. 400 halaman. Dan saya semakin shock setelah tahu ternyata buku yang saya miliki baru jilid pertama, dan untuk memenuhi kebutuhan saya dalam mengontrak mata kuliah Manajemen Pemasaran, saya perlu memiliki satu buku lagi. Buku jilid kedua dengan tebal yang sama. Untuk satu mata kuliah, ada 800 halaman yang perlu saya baca. Hmm, tantangan yang menarik. :D


Sebelum kuliah dimulai, saya iseng-iseng membuka-buka buku tersebut secara random dan membacanya. 400 halaman dengan ukuran font kurang lebih 10. Buku ini sungguh padat. Namun, ada yang menarik untuk saya. Dalam tumpukan teori yang cukup membingungkan, Phillie menyisipkan ratusan cerita mengenai berbagai perusahaan. Jadi, misalnya saat anda membaca teori tentang Penetapan Harga Produk, yang akan anda baca tidak hanya teorinya yang membosankan, tapi juga beberapa cerita pendek menarik tentang Penetapan Harga Produk di suatu perusahaan. Perusahaan yang cerita pendeknya diangkat Phillie pun bukanlah perusahaan asal-asalan yang tidak dikenal banyak orang, namun merupakan perusahaan-perusahaan besar dunia, sehingga orang yang membaca namanya tak akan merasa asing dengan beberapa perusahaan tersebut.
Beberapa fitur menarik lainnya dari buku ini adalah adanya kolom Kajian Pemasaran dan Memo Pemasaran. Philip menyisipkan intermezzo ini tanpa melupakan hubungannya dengan teori pemasaran yang sedang dibahasnya. Kolom-kolom ini cukup menarik, bahkan biasanya saya hanya membuka halaman untuk membaca fitu-fiturnya saja, sehingga terlupa untuk membaca teorinya.

Namun hebatnya, bahasa yang digunakan Philip sangat luwes dan mudah dimengerti. Bahkan, bila kita hanya membaca fitur-fitur-intermezzo-nya, kita sedikit-sedikit sudah dapat mengerti teori yang Philip sampaikan juga. Memang, terkadang kita dapat lebih mengerti sesuatu dengan cara mendeskripsikan contohnya.

Sejak mengetahui bukunya begitu luwes dan menyenangkan untuk dibaca, saya mulai mengagumi Philip Kotler. Dan hal itu diperkuat saat di pertengahan jadual kuliah, saya sempat tumbang karena gejala thypus. Hal ini memaksa saya untuk periksa darah dan menjalani rontgen di sebuah labolatorium kesehatan. Saat sedang menunggu giliran, saya iseng mengambil sebuah majalah yang terlihat sangat asing. Bukan majalah umum yang seringkali saya lihat di penjaja Koran, majalah-majalah disana semuanya terlihat asing bagi saya. Beberapa merupakan majalah kesehatan, majalah tentang tumbuhan, dan… Majalah Pemasaran! Saya baru tahu ada majalah khusus seperti ini. Sayaapun mengambilnya dan membacanya.

Dari majalah tersebut, (sayang saya tidak ingat nama majalahnya) saya mendapati bahwa Philip Kotler ada disana, mengisi sebuah artikel. Artikel khusus tentang Tanya jawab seputar pemasaran. Kekaguman saya mulai bertambah. Karena ternyata, beliau bukan hanya mengisi artikel, namun memiliki kolom khusus tersendiri. Kalau saya tidak salah, namanya The Philip Kotler Corner. Di setiap edisi majalah tersebut, Kotler memiliki lima sampai enam halaman untuk diisi khusus olehnya dan membahas tuntas dengan apapun yang menyangkut pemasaran. Wow. Sejak saat itulah saya mengetahui bahwa ia bukan hanya penulis biasa. Dia adalah Bapak marketing dunia.


Setelah mengetahui penulis buku yang saya miliki adalah orang hebat, saya mulai kecanduan membaca bukunya dan sangat excited menjalani mata kuliah Manajemen Pemasaran. Tentunya, sayapun tanpa ragu menyisihkan sedikit uang jajan untuk membeli buku jilid dua Philip Kotler. Yang baru, masih tersegel, dan asli. Saya cukup bangga menjadi penggemar Father of Marketing ini, meski hanya karena saya telah membaca bukunya. Tulisan-tulisan Kotler membuat saya menyesal mengontrak mata kuliah Manajemen Pemasaran saat Semester Padat (SP). Karena saat SP, saya hanya bisa mempelajari buku Kotler selama satu bulan. Padahal, pada semester regular, saya bisa bergelut dengan buku menyenangkan ini selama enam bulan lamanya. ;D
♥vii’z♥

1 komentar:

  1. Hai cantik... Gw juga tertarik dengan marketing setelah dosen gw pake buku ini. Gw semakin pengen belajar mengenai marketing agar bisa menjadi marketer terbaik dunia. hahaha...

    kalo mau diskusi mengenai marketing boleh sama gw. biar sama2 belajar.

    risky_file@yahoo.co.uk

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...