(Judulnya terdengar sedikit menggelikan yaa? )
Baru gw sadari, menulis ternyata nggak butuh bakat. Bakat menulis tidak diturunkan secara genetikal ataupun ditularkan oleh lingkungan sekitar. Semangat untuk menulis itu tergantung pada pilihan setiap masing-masing individu. Apabila seseorang sudah memilih menulis sebagai jalan hidupnya, maka jadilah ia seorang penulis. Meskipun ada sedikit dorongan dari lingkungan atau faktor genetikal, namun semuanya ditentukan oleh si penulis itu sendiri.
Seperti yang sedang gw rasakan sekarang, lingkungan rasanya tidak ikut andil dalam berkobarnya semangat menulis gw, tapi entah kenapa, Semangat menulis gw akhir-akhir ini sedang berapi api.
Lebay?
Mungkin iya, tapi ke-lebay-an ini ternyata menghasilkan berbagai dampak bagi gw. Positif dan negatif.
Dampak Positifnya:
- I've got some awards! Sebenernya, dua awards ini gw dapet pada bulan terakhir tahun 2009 lalu. Cuman, gara-gara sempet hiatus dari dunia blogging, repost awardnya kepending sampe sekarang. Soo sorry for Icha and Dhyn Sekarang, gw bakal post kedua awards tersebut disini. Supaya menghemat tempat, pake spoiler yaa.. 1. Award from Icha
- I've win some competition
2. Award from Dhyn
1. Love Story Blog Competition
Seperti yang udah gw ceritain di postingan sebelum-sebelumnya, bulan Februari lalu gw ikut Love Story Blog Competition yang diadakan oleh Blogdetik di BEC Bandung. Tanpa disangka, cerita cinta gw membawa gw sebagai pemenang ketiga. Gw dan pacar gw (i mean, used to be..Hiks.. ) memenangkan berbagai hadiah. Ada Kaos, bantal, daaan.. mobile phone! Alhamdulillah.. :) The tag
The Prize
2. Grand Hotel Preanger Blog Competition
Kalau ini, masih hangat! Sekitar akhir bulan April lalu, para Blogger diundang untuk tour keliling hotel Preanger Bandung, dan diberi waktu satu minggu untuk menulis postingan tentang Hotel bintang lima ini. Dengan semangat yang menggebu, gw bikin 4 postingan dan, nggak sia-sia, gw memenangkan hadiah utamanya, yaitu menginap di Grand Hotel Preanger, Deluxe Room, include breakfast untuk dua orang! (Check beritanya di sini) Never tired to say thank to You, Dear Allah.. >.<
Dampak Negatifnya:
Tapi ternyata, ada juga dampak negatif dari semangat menulis yang terlalu membara. Begini ceritanya:
Once upon a time, Dosen Bimbingan Konseling gw menugaskan untuk menyusun makalah mengenai Masalah Remaja. Sang Dosen memang berkata "Isinya cukup 8-10 halaman saja", tapi gw nggak habis pikir, gimana bisa ada makalah mahasiswa setipis itu? *belagunya lagi on* Singkat cerita, sesampainya dirumah gw kerjain tuh tugas. Gw ngambil topik mengenai Rokok di kalangan remaja. Berhubung gw memang pembenci rokok, gw ulas abis-abisan tuh masalah rokok. Sampe gw begadang, bulak-balik warnet cari bahan. Gataunya, jengreeeng..jadinya 50 HALAMAN LEBIH!Begitulah ceritanya. Jadi Saudara-saudara, berhati-hatilah, terkadang semangat yang terlalu membara juga dapat mendatangkan masalah...
Pertamanya sih gw santai aja, dengan PeDenya gw kumpulin tu makalah. Minggu depannya, makalah gw dibahas sama sang dosen. Bgini katanya "Ada mahasiswa di kelas ini yang menulis 50 halaman lebih. Tentang rokok. Memang detil sekali, tapi jika setebal itu, justru mencurigakan. Tidak mudah menulis makalah setebal itu sendiriran. Sebenarnya ini patut dicurigai, apakah benar-benar dibuat sendiri atau main copy-paste?" (Kurang lebih begitu intinya)
Otomatis gw terenyak. Oke, gw memang copy-paste beberapa sumber. Tapi, justru itulah makalah, kan? Mengumpulkan data dari berbagai sumber. Kumpulan litelatur. Toh gw nggak 100% plagiat, kan? (mencoba membela diri) Gw mengambil kutipan dari beberapa buku, dan menulis sendiri pendapat gw berdasarkan seminar anti rokok yang pernah gw ikuti. Tapi, kata Mommy gw, gw memang salah. Harusnya, kalau Sang Dosen sudah membatasi banyaknya halaman, gw harus ngikut aja. "Mungkin Sang Dosen menginginkan makalah yang umum, tidak terlalu detil" begitu kata Mommy gw